Bekerja dengan Kami
CERITA
Berkunjung ke Stasiun Udohotma di Pegunungan Arfak
12 December 2022 - oleh Admin

Udohotma adalah nama kampung persiapan. Terletak di wilayah administrasi Distrik Sururey, Kabupaten Pegunungan Arfak. Udohotma berada di ketinggiian 2000an mdpl, di salah satu lembah di tepian danau Anggi Giji. Di antara dua kampung tetangga, yaitu Kampung Kobrey dan Kampung Kopo.

 

Untuk mencapai Udohotma dari Manokwari, harus menyurusi bagian jalan yang membelah pegunungan dan lembah. Di beberapa ruas masih berupa tanah dengan bebatuan kerikil namun sebagian besar sudah diaspal. Rutenya melewati bentang dataran tinggi yang terjal, curam, berkabut namun indah sebelum tiba di pinggiran Danau Anggi Giji.

 

Dari Manokwari membutuhkan perjalanan darat selama 4 jam dengan jarak tempuh berkisar 100 kilometer dengan menggunakan kendaraan roda empat berteknologi double gardan, sejenis Hilux dan Triton. Warga kampung menyebutnya dengan “mobil ranger”.

 

Di Udohotma, Bentara Papua membangun stasiun yang diharapkan dapat memfasilitasi terciptanya proses perubahan sosial, ekonomi, dan ekologis ke arah yang lebih baik dimana masyarakat di sekitar adalah actor kuncinya.

 

Sejarah Stasiun Udohotma

Bentara Papua sejak tahun 2017 telah memulai komunikasi awal dengan warga kampung di Bamaha. Komunikasi ini dilakukan sebagai bagian dari visi pertanian alami (organik) berkelanjutan yang berbasis pada potensi kampung. Utamanya pada jenis tanaman sayuran seperti kentang, kol, buncis dan tanaman sumber karbohidrat seperti batatas dan keladi. Bersamaan dengan ini, juga melakukan pemetaan potensi kopi yang tersebar di lanskap Pegunungan Arfak.

 

Di Bamaha atau Pamaha dalam penyebutan warga kampung, pada mulanya, staf lapangan Bentara Papua menempati rumah yang sehari-hari berfungsi sebagai kantor kampung. Oleh karena merupakan pusat layanan warga, rumah ini selalu ramai. Sehingga tidak bisa dikembangkan menjadi kebun percontohan dari rencana pertanian alami berkelanjutan.

 

Menjelang akhir tahun 2018, berkembang pemikiran Bentara Papua untuk membuat satu tempat dimana staf yang bekerja di tingkat kampung bisa menerapkan pendekatan “Live-in” dengan lebih fokus. Dengan begitu, dapat memahami denyut kehidupan sehari-hari warga kampung. Sisi positif  lainnya adalah staf Bentara Papua juga memiliki ruang untuk mengerjakan kebun yang dapat menjadi contoh dari praktik pertanian alami berjelanjutan.

 

Di samping pertimbangan ini, stasiun yang direncanakan adalah rumah bagi warga untuk berkumpul dan belajar bersama. Stasiun dapat difungsikan menurut kepentingan warga, seperti untuk pertemuan pemuda gereja, pertemuan dengan pemerintah kabupaten, dan lain sebagainya.

 

Dengan demikian, keberadaan stasiun dapat memfasilitasi kerja-kerja pengorganisasian yang langsung dan menyatu dengan hidup sehari-hari warga kampung. Stasiun terintegrasi kedalam ruang sosial-budaya masyarakat kampung sekitar Danau Anggi Giji.

 

***

Keputusan pendirian stasiun Udohotma oleh Bentara Papua dilakukan setelah melalui penilaian multi-aspek dengan seksama. Secara sosial, Bentara Papua meminta pendapat dari tetua kampung dan tokoh adat ketika menetapkan lokasi yang tidak memiliki konflik lahan antar keluarga.

 

Selanjutnya melakukan penilaian terhadap kesesuaian lahan dan tingkat tutupan hutan; prasayarat yang mendukung praktik pertanian. Terakhir, pertimbangan letak strategis. Lokasi yang dipilih adalah lokasi yang posisinya berada di pinggir jalan utama sehingga bisa dilihat langsung oleh warga yang melintasi.

 

Dari penilaian tersebut, maka dusun yang dinilai paling memenuhi syarat adalah Udohotma. Arealnya terletak di atas lahan milik keluarga besar Bapak Agustinus Inden, salah satu tetua kampung. Lokasinya memiliki luas mencapai 3000 meter persegi.

 

“Barto yang bilang ke saya, Bapa, kasi lahan supaya tong bikin stasiun baru bisa tanam-tanam. Biar masyarakat dong bisa lihat contoh,” kenang Bapa Agustinus Inden.

 

Barto adalah anak lelakinya yang juga sarjana Politeknik Pembangunan Pertanian (POLBANGTAN) Manokwari. Bapak Agus mengijinkan selama menambah kemanfaatan bagi masyarakat kampung. 

 

Bentara Papua kemudian membuat kesepakatan yang menjadi dasar ikatan dari pendirian stasiun. Poin-poin kesepakatan yang utama adalah stasiun Udohotma akan bekerja memberdayakan warga kampung yang bermukim di pinggiran danau Anggi Giji dan Anggi Gida, khususnya dalam kegiatan pertanian.

 

Stasiun ini juga akan dimanfatkan sebagai pusat aktivitas warga kampung di pinggiran dua danau, semisal sebagai tempat pertemuan dan rumah singgah bagi tamu yang datang, tidak sebatas lokasi eksperimen pertanian. Selama berkesesuaian dengan kebutuhan atau kepentingan warga kampung.

 

Terakhir, stasiun Udohotma bekerja memfasilitasi penguatan kapasitas pemuda tani yang berasal dari kampung-kampung di pinggiran dua danau tersebut. Kapasitas tersebut berhubungan dengan pertanian dan kewirausahaan.

 

Pembangunan stasiun dikerjakan bersama-sama dengan warga kampung. Dimulai dari penyiapan lahan hingga penyiapan material berupa kayu buah, pasir dan papan. Sedang tukang kepala didatangkan oleh Bentara Papua. Keseluruhan proses pembangunan ini memakan waktu sekitar 5 bulan.

 

Stasiun Udohotma, Rumah Belajar dan Berjejaring

Sesudah bangunan fisik stasiun berdiri, Bentara Papua mulai mengembangkan demonstration plot (demplot) tanaman pangan, sayuran dan kopi di pekarangannya. Adapun jenis tanaman pangannya adalah keladi dan kentang, sayurannya berupa wortel, terong Belanda, serta bawang daun.

 

Demplot ini pada dasarnya adalah laboratorium lapangan yang memfasilitasi proses belajar bersama dalam pengelolaan kebun berkelanjutan. Bentuk lain dari sekolah lapang.

 

Di luar aktivitas pertanian, stasiun ini mulai memfungsikan dirinya sebagai rumah belajar. Utamanya dalam kebutuhan pengembangan kapasitas generasi muda dari kampung-kampung di pinggiran Danau Anggi.

 

Seperti pada tanggal 18 Juli 2022, Bentara Papua dan perwakilan pemuda lintas kampung mengadakan kegiatan belajar yang dikenal dengan Sekolah Kampung Merdesa (SEKAM). SEKAM yang bertema “Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Kampung dan Berkelanjutan”.

 

Secara prinsipil, SEKAM adalah proses belajar dengan filosofi orang dewasa (andragogi). Pendidikan seperti ini dengan menjadikan dialog pengalaman antara peserta dari setiap kampung terhadap tema-tema tertentu yang berkesesuain dengan hidup sehari-hari mereka. Dialog yang merefleksikan pemahaman terhadap ruang hidup beserta masalah-masalahnya.

 Para peserta Sekolah Kampung Merdesa (SEKAM) di Stasiun Udohotma

 

Kegiatan yang berlangsung selama 10 hari mengikutsertakan anak-anak muda yang berasal dari Kobrey, Bamaha, Kostera, Tomstera, Kopo, Tridaga dan Udohotma. Keseluruhannya dihadiri 18 orang dengan keterwakilan perempuan sebanyak 7 orang.

 

Para partisipan mendiskusikan materi-materi seperti pemetaan berbasis android, analisis kesesuaian lahan, perbanyakan tanaman secara berkelanjutan, pengorganisasian masyarakat dan kesadaran kritis.

 

Di malam hari, stasiun adalah tempat berkumpul warga, terutama mereka yang bermukim di Udohotma. Selain berkunjung untuk mengisi baterai senter dan telepon, mereka seringkali makan bersama dan bercengkrama selayaknya keluarga.

 

Tak jarang di antara mereka yang datang adalah anak-anak. Stasiun juga menyediakan beberapa bacaan anak untuk mereka.

Anak-anak Udohotma sedang membaca di stasiun Bentara PapuaAnak-anak Udohotma sedang membaca di stasiun Bentara Papua

 

Stasiun Udohotma memang seharusnya berkembang menjadi rumah yang merawat dan mewujudkan harapan bersama. Di dalamnya, bersama masyarakat asli Pegunungan Arfak, bekerja mencapai visi hidup yang lebih lestari, sejahtera dan beradat.

Cerita Lainnya

Dapatkan Informasi dan Update Terbaru dari Kami

Rumah Bentara Papua
Jalan Asrama Jayapura, Manggoapi Dalam, Angkasa Mulyono-Amban Manokwari - Papua Barat Indonesia, 98314

Foto dan gambar ©Bentara Papua atau digunakan dengan izin.
© Bentara Papua. All Rights Reserved

Web Design by SOLV