KHASIAT TANAMAN DLIMIT BAGI SUKU TEHIT DI WILAYAH ADAT KNASAIMOS (KNA, SAIFI, IMIAN, OGIT, SRER DAN SAMIT KLAUSA)
Masyarakat asli Papua dikenal memanfaatkan hasil hutan yang dimilikinya dalam kehidupannya sehari-hari baik sebagai bahan sandang, pangan, alat berburu atau perang, obat-obatan (bahan kimia), rempah-rempah dan bahan penghasil serat serta bahan pelengkap lain dalam berbagai kegiatan upacara tradisional maupun kegiatan sosial religiusnya yang bisa dikonsumsi secara langsung. Mantangan (Merremia Peltata) adalah salah satu liana berkayu yang hampir memiliki kesamaan dengan tanaman ubi jalar. Mantangan memiliki daun yang lebar berbentuk jantung, mengeluarkan cairan putih ketika batangnya terluka, tidak berbulu, dan tumbuh ini memanjat/merambat hingga ketinggian 20 M.
Di Suku Tehit yang mendiami daerah wilayah adat Knasaimos, Sorong Selatan, masyarakat adat menyebutnya Dlimit, tanaman ini sendiri memiliki bagian yang terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Siapa sangka, hampir tiap bagian yang dimiliki tanaman satu ini berkhasiat dan luar biasa untuk membantu menyembuhkan penyakit yang diderita atau alami seseorang. Agustinus Woloin salah satu tokoh adat Knasaimos yang berasal dari Kampung Mlaswat sangat menguasai jenis-jenis tanaman yang dijadikan sebagai obat tradisional. Bapak Woloin menyebutkan wilayah hutan adat yang ada di Knasaimos adalah gudangnya, Apa yang tersedia dalam hutan baik tali, daun, akar, batang, air bahkan tanah adalah obat yang sudah disediakan Sang Pencipta untuk memenuhi kehidupan ini, “Bukan Hanya makanan, tapi obat-obatan juga tersedia di hutan ini”, kata dia.
Tanaman Dlimit sejak dahulu sudah digunakan masyarakat lokal Suku Tehit untuk mengobati beberapa Penyakit yang diderita oleh mereka, seperti penggunaan daun Dlimit biasanya digunakan bagi ibu (setelah lahiran) dan bayi, daun yang dirahu pada api akan ditempelkan pada bagian perut ibu dan bayi khasiatnya untuk mengeringkan pusar bayi dan perut ibu yang masih sering kesakitan setelah melahirkan. Daun yang digunakan biasanya tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Sembari menjelaskan manfaat daun Dlimit, tono atau bapak Agus mengambil daun Dlimit yang berada tidak jauh dari depan koperasi tempat kami bercerita dan mempraktekan cara menggunakannya. “Gampang saja, cuma taruh diperut dan kasi biar sampai layu trus ganti lagi dengan daun yang baru”. Jelas lelaki paruh bayah ini.
Menurut tono Woloin, ia mengetahui cara penggunaan obat tradisional ini karena melihat secara langsung bagaimana orang tuanya menggunakan daun Dlimit. Dia juga menambahkan, manfaat daun Dlimit untuk ibu menyusui yang mana, jika seorang ibu menyusui mengalami kendala pada ASI (tidak dapat mengeluarkan ASI) maka dapat merebus daun ini dan dikonsumsi. Kata tono, “Siapa saja bisa bisa pake daun ini, tidak ada larangan”. Tidak ada pantangan bagi seorang perempuan atau ibu yang menggunakan daun ini saat lahiran dan menyusui. Batang dari Dlimit ini juga menghasilkan air dan getah jika dilukai atau dibagi menjadi dua bagian. Air yang berasal dari batang tanaman ini dapat diminum secara langsung. Karakteristik warna airnya tidak bening seperti air minum pada umumnya namun memiliki warna putih susu. “Airnya bagus untuk menyembuhkan batuk dan beringus”, jelasnya. Sementara untuk getah dapat digunakan sebagai salab alami jika seseorang terkena alat atau benda tajam yang mengakibatkan luka. Kita hanya perlu mengoleskan getah pada luka yang baru tersebut. “Kalau di tanah Moi dan Maybrat juga kenal tanaman seperti ini, tapi sebutannya beda”, tutur lelaki asal Kampung Mlaswat.
Dikutip dari jurnal Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Papua Manokwari Papua Barat tanaman serupa juga digunakan oleh masyarakat Suku Maybrat dengan sebutan local Kafu. Bagian yang digunakan adalah getah dan daun untuk mengaplikasikannya batang yang dipotong mengeluarkan getah lalu getahnya diminum sampai habis khasiatnya sebagai penawar racun ular. Sedangkan daunnya, digunakan untuk mengobati luka lama. Daun diambil secukupnya ditumbuk lalu ditempelkan pada luka. Selain memiliki potensi dapat dijadikan obat tradisional, tanaman Mantangan atau Dlimit juga memiliki potensi pertumbuhannya sangat cepat, hal ini dikarenakan tanaman Dlimit termasuk kedalam tumbuhan jenis invasif. Tumbuhan invasif adalah jenis tumbuhan yang dapat berkembang cepat pada lingkungan tempat ia bertumbuh sehingga menyebabkan gangguan keseimbangan pada ekosistem asli tanaman yang ada disekitarnya dan tanaman Mantangan atau Dlimit mampu mendominasi habitat baru, akibatnya tanaman yang berada disekitarnya menjadi mati karena kalah bersaing dengan tanaman Dlimit.
Pengetahun obat tradisional, menurut tono Woloin makin terkikis hilang dikalangan anak muda kampung saat ini, dengan kepala tertunduk ia mengatakan ada beberapa hal yang menjadi faktor terputusnya transfer informasi kepada generasi saat ini. Pertama, kurangnya berbagi cerita dan pengalaman dari orang tua kepada anak dalam lingkup keluarga (tiap anggota keluarga punya kesibukan masing-masing). Kedua, sikap acuh tak acuh dari pemuda sebagai generasi penerus terhadap tanaman obat yang lebih suka bermain handphone dibandingkan masuk ke hutan. “Saya dulu pulang sekolah lihat orang tua tidak ada di rumah, berarti saya langsung cari ke dusun. Tinggal sampai sore baru pulang sama-sama orang tua”, jelasnya. Ia mengungkapkan kebiasaan ini jauh berbeda dengan kebiasaan anak muda sekarang, yang lebih suka menghabiskan waktu untuk main handphone dan berkendara. (*)