Bekerja dengan Kami
CERITA
Hari Terakhir di Dusun Kelihi (8)
29 November 2018 - oleh Admin

Teminabuan,- Maikel Kladit menyampaikan rencana perjalanan hari kedua di dusun Kelihi, Rabu(14/11). Rencana perjalanan hari kedua itu, kata Maikel, diantaranya melihat cara pemasangan jerat babi dan burung, melihat potensi damar  dan potensi hutan lainnya dan terakhir pada malam hari kembali melihat Kangguru Papua ( Lao-Lao).
 
Kami mulai berjalan keluar dari pondok jam 10.00 pagi, menuju ke tempat pemasangan jerat babi hutan. Setelah 30 menit perjalanan, kami tiba di lokasi pemasangan jerat. Bapak Markus mulai memperagakan tahapan pemasangan jerat.
 
Sebelum memasang jerat itu, terlebih dahulu dilakukan pengamatan, untuk memprediksi jalur jalan yang akan dilewati babi hutan menuju kubangan lumpur. Setelah mendapat jalurnya, lalu ditentukan lokasi pemasangan jerat.
 
Dimulai dengan memotong beberapa tanaman kategori pancang, lalu di ambil bagian yang bercabang dengan panjang bebas cabang sekitar 30 cm untuk dibuat gawang penahan tali jerat. Lalu beberapa ranting ukuran 15-20 cm dibuatkan jembatan. Apabila jembatan ini diinjak oleh kaki hewan, maka ranting penyangga tali akan jatuh, dan kayu ukuran pancang yang ditanam dan dibuat melengkung itu akan terpental naik ke atas. Bersamaan dengan itu, lingkaran tali yang dibuat di jembatan gawang langsung mengecil dan mengikat kaki hewan yang menginjak jembatan itu.
 
Dalam proses pembuatan jerat itu, bapa Markus mengatakan, bahwa babi hutan termasuk hewan yang bisa mengetahui adanya benda asing, dan akan menghindar dari benda asing itu. Karena itu, tali yang dijadikan lingkaran jebakan harus ditutupi dengan dedaunan kering. Sehingga tidak terlihat ada tali di jalur itu.
 
Elna ingin melihat seperti apa jerat itu bekerja, maka dilakukan uji coba. Pertama dilakukan oleh Maikel, lalu yang kedua oleh Imam. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan lagi ke lokasi pemasangan jerat burung. Prinsipnya hampir sama dengan pemasangan jerat babi.
 
Dalam praktek ini, Elna juga diberitahukan tips ketika hendak memeriksa jerat babi yang dipasang. Pada saat hendak mendekati lokasi pemasangan jerat, terlebih dahulu harus diintip dari kejauhan, untuk menghindari serangan balik dari babi hutan yang terkena jerat.
 
" Babi hutan yang biasanya kena jerat, dia akan balik menyerang. Kalau talinya putus, ini yang sangat berbahaya, karena  babi hutan akan menunggu pemasang jerat di lokasi itu. Ini yang selalu diwaspadai dalam kegiatan pemasangan jerat," jelas Maikel.
 
Dari lokasi pemasangan jerat, perjalanan diteruskan ke lokasi pohon damar. Namun, sepanjang jalan yang dilalui, kami juga mendapati pohon-pohon Merbau dengan ukuran besar dengan diameter di atas 100 cm.
 
Berbagai kicauan burungpun menamani kami sepanjang perjalanan menyusuri hutan ini. Nah, setelah memastikan Elna melihat pohon damar lalu mengambil getah damar yang sudah kering, Maikel mengarahkan kami untuk kembali ke pondok. 
 
Sekitar pukul 15.00 LT, kami tiba kembali di pondok. Mandi membersihkan badan, makan seadanya, lalu istirahat sejenak untuk melanjutkan perjalanan malam melihat Lao-Lao.
 
Pukul 19.00 LT, Maikel membagi tim jalan malam itu dalam dua regu. Namun, kali ini Elna mengkonfirmasi tidak ikut, karena agak sedikit lelah. Regu yang dipimpin Maikel, terdiri dari Alink dan Yance, sementara saya dan Imam berjalan bersama Bapak Markus. Sementara Yordan, diminta mendampingi Elna di pondok dan Nikson sejak sore sudah lebih dulu keluar mencari ikan di tanjung, menggunakan mata kail.
 
Perjalanan malam itu bersama Imam dan Bapak Markus selama 4 jam, kami tidak berhasil melihat Lao-Lao. Sementara Maikel, Alink dan Yance berhasil melihat pergerakan Lao-Lao dan berhasil merekamnya. Hasil rekaman pergerakan Lao-Lao itu kemudian ditunjukkan pada Elna. Walaupun tidak melihatnya secara langsung, tapi ia bisa melihat vidionya.
 
Pagi harinya, Kamis(15/11), kami meninggalkan pondok Kelihi, kembali ke Kampung Sira dan Manggroholo. Rute baliknya tetap menggunakan jalur yang sama, yakni jalan kaki selama 1 jam ke Tanjung, lalu menggunakan longboat menyusuri perairan dalam kawasan hutan Mangrove hingga tiba di pelabuhan pasar Ampera Teminabuan.
 
Di Pasar Ampera, kami makan bersama, setelah itu berkomunikasi dengan kantor di Manokwari dan pihak-pihak lain, berhubung tersedianya jaringan data seluler. Karena setelah berjalan ke Kampung Sira dan Manggroholo, jaringan seluler akan hilang dan tidak terjangkau. 
 
Jam 11.00 kami meninggalkan pasar Ampera Teminabuan, menuju Kampung Sira dan Manggroholo. Sejam kemudian, kami tiba di Kampung Sira, lalu istirahat sejenak. Pada malam harinya, kami melakukan pertemuan bersama. Dalam pertemuan itu, hadir sejumlah pemuda dan beberapa tokoh masyarakat dan perempuan. 
 
Dalam pertemuan ini, Elna menyampaikan perasaannya selama berada di Kampung dan berjalan di hutan kampung Sira dan Manggroholo. Apa saja yang disampaikan Elna?...(bersambung)

Cerita Lainnya

Dapatkan Informasi dan Update Terbaru dari Kami

Rumah Bentara Papua
Jalan Asrama Jayapura, Manggoapi Dalam, Angkasa Mulyono-Amban Manokwari - Papua Barat Indonesia, 98314

Foto dan gambar ©Bentara Papua atau digunakan dengan izin.
© Bentara Papua. All Rights Reserved

Web Design by SOLV