Bekerja dengan Kami
CERITA
Hari Pertama Mencari Lao-Lao (7)
25 November 2018 - oleh Admin


 
Teminabuan,- Suara kodok dan jangkrik mulai terdengar ramai saling bersahutan. Seakan mengantar sang surya ke peraduannya. Sore itu, Selasa(13/11), menjelang malam, kami merasakan sukma alam yang sesungguhnya. 
 
Seperti mimpi berada dalam rimba Kelihi untuk melihat Satwa Lao-Lao atau dalam bahasa latinnya disebut Dorcopsis veterum atau Kangguru Papua. Provinsi Papua Barat adalah habitat alami bagi salah satu dari 15 jenis kanguru yang ada di Papua, termasuk di Hutan Desa Sira dan Manggroholo.
 
Kangguru (Lao-Lao) ini memiliki mata yang besar untuk dapat aktif di malam hari, berwarna kelabu kecoklatan dengan tungkai belakang yang besar dan kuat. Tungkai ini berfungsi untuk melompat sebagai cara jalannya.
 
Tungkai depannya yang relatif kecil untuk menggenggam makanannya. Hewan berkantung ini memiliki ekor yang panjang dan berambut kecuali pada ujung ekor, yang dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan sewaktu berlari dan berfungsi sebagai kaki ketiga saat berdiri.
 
Nah, kita kembali ke pondok dusun Kelihi.Sebelum memulai perjalanan malam, perlengkapan senter dan baterei diperiksa satu per satu, memastikan semua terisi dan berfungsi dengan baik. Lalu Maikel Kladit membagi personil dalam dua regu.
 
"Nanti bersama Bapak Markus, yaitu Elna dan kaka Abe, sedangkan regu dua, Alink dan Yance, ikut saya," jelas Maikel Kladit. Sementara Imam, Yordan dan Nickson mendapat giliran untuk menjaga pondok dan menyiapkan makan malam.
 
Maikel menyarankan setiap regu kembali ke pondok antara pukul 22.00-23.00 LT. " Kita akan jalan jam 7 (malam), lalu jam 10 atau 11(malam) sudah kembali ke pondok," tandasnya.
 
Tepat pukul 19.00, perjalanan malam di hari pertama itupun dimulai. Awalnya dua regu ini berjalan di jalur yang sama, namun setelah melewati sungai kecil yang tak jauh dari pondok, regu yang dipimpin Maikel berjalan ke arah kanan, dan regu kami yang dipimpin Bapak Markus berbelok ke arah kiri.
 
Bapak Markus berjalan di depan memegang senter dengan sorotan yang tajam, lalu di belakangnya Elna menyusul dengan senter di kepala dan saya berjalan di belakang Elna dengan senter di tangan.
 
Seperti mencari maling di tengah malam, demikian sorotan senter Bapak Markus menembus pepohonan dan dedaunan rimba untuk melihat pergerakan Lao-Lao. Secara bergantian Bapak Markus mengarahkan senter di jalur jalan dan secepat kilat mengalihkan sorotan senter ke balik tegakan-tegakan pohon.
 
Langkah kakinya yang tanpa sepatu itu juga sangat hati-hati agar tidak menimbulkan bunyi ranting kering atau bunyi kayu lainnya. Namun di belakangnya, Elna dan saya berjalan agak sedikit berisik, karena menimbulkan bunyi-bunyi. Entah karena faktor bunyi-bunyi atau karena faktor banyaknya senter, sudah sejam lebih kami berjalan dalam gelapnya rimba Kelihi itu, tidak melihat pergerakan Lao-Lao.
 
Bapak Markus kemudian menyarankan agar saya dan Elna berdiam sejenak di tempat, kemudian Bapak Markus berjalan sendiri ke arah bukit. Beberapa saat kemudian, senter Bapak Markus juga ikut lenyap di balik bukit di hadapan kami.
 
" Sepertinya saya berjalan sangat berisik ya," tanya Elna saat kami ditinggal pergi oleh Bapak Markus. "Mungkin juga karena faktor adanya bulan terang," balas saya.
 
Beberapa saat kemudian senter Elna diarahkan ke arah kaki untuk memastikan sepatu dan celana tidak dirayapi lintah. Setelah itu senter dimatikan bersama, sambil melihat sekeliling, ternyata benar-benar gelap, tidak nampak tegakan pohon atau sesuatu dihadapan kami. Hanya nampak tajuk-tajuk pohon di atas sana, karena diterangi rembulan yang belum terang betul.
 
Tiba-tiba Elna mengarahkan senternya ke arah bunyi jangkrik yang sangat dekat lokasi duduknya. " Ini bunyi jangkrik juga? tanya Elna. Saya mengiyahkan, sambil ikut membantu senter mencari di mana jangkrik itu bersembunyi.
 
Beberapa saat kemudian, ada cahaya yang muncul di atas bukit di depan kami, jaraknya sekitar 40-50 meter. Sorotan senternya bukan sorotan biasa. Itu sepertinya kode untuk kita berjalan ke arah sana. Bapak Markus sepertinya melihat kami jalan ke arah yang salah, ia kemudian memberi kode lagi dengan senter, kami mengikuti arah senter itu, dan tiba dihadapan Bapak Markus.
 
" Ada satu ekor di sana," bisik Bapak Markus. Tapi kami belum melihatnya. Sementara itu, senter Bapak Markus terus diarahkan ke tempat yang diduga ada pergerakan Lao-Lao. Sepertinya Lao-Lao itu bersembunyi atau sudah lari jauh sebelum kami mendekat ke posisinya Bapak Markus, sehingga kami keliling areal itu, tidak juga melihat Lao-Lao yang dimaksud.
 
Bapak Markus kemudian menanyakan soal waktu. Saya jawab, sudah jam 11 malam. Kemudian Bapak Markus mengatakan untuk kita kembali ke pondok." Mungkin karena bulan terang, jadi Lao-Laonya pintar. Jadi dia bersembunyi atau lari jauh," tutur Bapak Markus, ketika kami berjalan kembali menuju pondok.
 
Dalam perjalanan pulang ke pondok, Elna memungut botol plastik yang sengaja dibuang seseorang di hutan. Lalu saya meminta botol itu dari Elna. Sesampainya di pondok, saya bakar botol itu di api unggun. Sebuah pelajaran yang ditunjukkan Elna, bahwa hutan bukan tempat sampah botol plastik, jadi sangat disayangkan kalau masih ada orang yang membuang sampah plastik di hutan. Hal itu juga yang saya ingatkan ke teman-teman lainnya setelah tiba di pondok.
 
Ternyata, regunya Maikel sudah lebih dulu balik ke pondok. Alink mengatakan regunya melihat pergerakan Lao-Lao, tapi tidak berhasil mendokumentasikannya dengan baik. " Gambarnya tidak jelas, kabur," tandas Alink.
 
Setelah diskusi beberapa saat dan membersihkan badan di sungai kecil yang berada dekat pondok, kami menuju ke tempat peraduan masing-masing, istirahat untuk melanjutkan aktifitas di esok hari. Bagaimana perjalanan hari berikutnya di dusun Kelihi? ikuti terus laporannya...(bersambung)
 
 
 
 

Cerita Lainnya

Dapatkan Informasi dan Update Terbaru dari Kami

Rumah Bentara Papua
Jalan Asrama Jayapura, Manggoapi Dalam, Angkasa Mulyono-Amban Manokwari - Papua Barat Indonesia, 98314

Foto dan gambar ©Bentara Papua atau digunakan dengan izin.
© Bentara Papua. All Rights Reserved

Web Design by SOLV