Bekerja dengan Kami
CERITA
Cerita Pertanian Organik dan Pengorganisasian Masyarakat
11 February 2023 - oleh Admin

Tahun 2018, Yoab Sagisolo baru saja lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Teminabuan, Sorong Selatan. Yoab tidak melanjutkan sekolah ke jenjang perguruan tinggi. Ia lebih sering membantu orang tuanya, seperti membuat atap dari daun sagu yang dijual atau mengurusi kebun.  Sehari-hari, Yoab dikenal memiliki keterampilan membuat gelang dari akar pohon.

 

Yoab bercerita jika pertama kali bersentuhan dengan kegiatan Bentara Papua melalui kegiatan pemetaan. Tak lama berselang, Yoab dan dua temannya mewakili pemuda dari masyarakat adat Knasaimos diutus ke Sorong atas rekomendasi Bentara Papua. Mereka akan belajar di Sekolah Transformasi Sosial (STS). STS adalah sekolah alternatif yang dilakukan oleh Yayasan EcoNusa bekerjasama dengan Indonesian Society for Social Transformation (Insist).  

 

Selama di STS, Yoab banyak belajar mengenai pertanian organik dan pemetaan kampung. Sesudah sekolah, setiap alumnus STS memiliki tugas untuk melakukan praktek kerja lapangan selama tiga bulan di kampungnya masing-masing.

 

Yoab juga melakukan hal yang sama. Sesampai di kampungnya, didampingi teman-teman Bentara Papua ia mencoba menerapakan metode pertanian organik yang baru saja dipelajari.

 

Sekarang ini, kebun yang dikerjakannya berada di kelerengan serta lahan datar yang menggunakan sistem bedengan. Panjangnya sekitar 100 meter, lebarnya 150 meter, kira-kira seluas lapangan bola. Sudah ada 50 bedeng yang disiapkan.

 

Jenis-jenis yang sedang ditanam Yoab berupa sawi dan kacang panjang. kangkung, tomat, rica (cabai) dan terong serta tanaman-tanaman lokal yang ada disekitar kampung. Ia juga menanam tanaman pangan jangka menengah.

 

Mengapa Yoab memilih menanam jenis-jenis sayuran?

 

“Saya pernah bertanya ke mas-mas yang berjualan sayur ke sini. Ternyata sayurannya juga dibawa dari tempat lain. Ketika masuk ke kampung, harganya sudah lebih mahal,” terangnya.

 

Yoab gusar. Mestinya masyarakat di kampung-kampung yang merupakan wilayah adat Knasaimos bisa menanam sendiri jenis-jenis sayuran yang dibeli itu. Kondisi bergantung terhadap pasokan dari luar inilah yang membuatnya memulai berkebun sayuran.

Disiplin dan tekun belajar dari kebun untuk menghasilkan yang terbaik.

 

Yoab mengenang jika hasil panen perdana dari kebunnya pernah menghasilkan uang sejumlah Rp. 2.500.000.  Kebanyakan hanya dengan menjual sayurannya di sekitar kampung saja. Sementara biaya yang dikeluarkan sebatas pengadaan bibit.

 

Tapi yang lebih penting dari itu adalah dia bisa membuktikan kalau pertanian yang dikerjakannya bisa menjadi sumber pendapatan tanpa merusak sumberdaya alam yang terdapat di hutan.

 

Yoab sepenuhnya sadar jika kawasan hutan yang berada dalam wilayah adat Knasaimos selalu terancam dengan praktik illegal logging. Karena itu mesti diciptakan alternatif sumber penghidupan (livelihood) yang berkelanjutan.

 

Yoab memang tidak bekerja sendiri. Bersama kawan-kawannya, mereka pernah mendapat Hibah Inovasi dari Bentara Papua. Hibah tidak berupa uang, tapi peralatan dan bibit untuk mengerjakan kebun.

Menyiapkan Spayer yang berisi Pupuk Organik Cair (POC) buatan sendiri untuk menyuburkan tanaman.

 

Cerita sukses di kebun sayuran itu akan tetap dilanjutkannya. Yoab ingin meluaskannya ke kampung-kampung yang bisa dijangkau. Bersamaan dengan itu, dia mendorong agar pertanian ini lebih mandiri. “Beberapa warga, seperti di Kampung Kwowok dan Kampung Mlaswat sudah memulai praktik pertanian ini. Ada yang dari anak muda, ada juga yang sudah tua,” katanya.

 

Pertanian seperti ini sudah terbukti menyuplai kebutuhan masyarakat di dalam kampung, Karena itu potensi kemandirian pertanian lintas kampung semestinya bisa diciptakan bersama-sama.

 

Persentuhannya dengan teman-teman dari NGO, baik Bentara Papua, Greenpeace maupun EcoNusa, membuat Yoab memikiran isu-isu yang lebih strategis lagi. Terutama berkaitan dengan konservasi kawasan hutan yang berada di dalam wilayah adat marganya.

 

“Saya sadar betul jika menjaga hutan tidak bisa sendirian. Karena itu saya memulai dengan berdiskusi di internal anggota besar marganya. Diskusi yang dilakukan dimulai dengan membahas peta wilayah adat marga dan potensi yang terdapat di dalamnya. Tidak semata-mata bergantung pada menebang pohon. Kita harus bisa hidup tanpa menebang pohon atau merusak hutan.” katanya lagi.

Pemetaan ruang kelola perempuan untuk pertanian.

 

Lantas, seperti apa dukungan dari para tetua marga? Para tetua marga sangat bersyukur karena peta wilayahnya sudah jadi. Selanjutnya mereka menunggu peran para pemuda/i melalui kegiatan-kegiatan pemberdayaan.

 

Impian besar lainya adalah membuat kawasan ekowisata. Bersama kawan-kawannya, Yoab berencana melakukan pemetaan potensi sebaran flora dan fauna di dalam kawasan hutan. Jika memenuhi syarat, mereka berencana mengembangkannya lewat konsep ekowisata. Basis pengelolaannya akan melibatkan lintas marga di dalam satu kampung. Ekowisata bagianya dapat memfasilitasi pemulihan dan pemeliharaan keanekaragaman hayati di kawasan hutan yang terlanjur rusak karena praktik penebangan liar di masa lalu.

 

Ide-ide tersebut memenuhi kepalanya dikarenakan oleh salah satu sebab. Yoab sepenuh sadar jika keberadaan Bentara dan Greenpeace tidak selamanya di Kampung Sira dan Manggroholo.

 

Di masa depan, para pemuda kampung harus merintis jalan untuk mandiri. 

 

“Saya sudah mengumpulkan teman-teman pemuda dan melakukan pembagian tugas. Saya akan fokus mengurusi pertanian, menjadi koordinatornya. Ada kawan yang ditugaskan untuk fungsi yang lain. Kumpulan pemuda ini akan mengadakan evaluasi secara rutin.”

 

Dari mana kesadaran mengorganisir komunitas ini berkembang?

“Dari kaka-kaka Bentara Papua. Saya juga membaca buku Mengorganisir Rakyat yang diberikan oleh Bentara Papua,” katanya.

 

Buku Mengorganisir Rakyat terbitan INSIST Press. Buku ini adalah refleksi kerja pengorganisasian masyarakat yang ditulis oleh Jo Hann Tan dan Roem Topatimasang, dua orang pengorganisir senior yang malang melintang di Asia Tenggara.

 

Kelak waktu dan konsistensi yang akan membuktikan kerja-kerja rintisan yang sudah dimulai Yoab Sagisolo dan kawan-kawannya.

Cerita Lainnya

Dapatkan Informasi dan Update Terbaru dari Kami

Rumah Bentara Papua
Jalan Asrama Jayapura, Manggoapi Dalam, Angkasa Mulyono-Amban Manokwari - Papua Barat Indonesia, 98314

Foto dan gambar ©Bentara Papua atau digunakan dengan izin.
© Bentara Papua. All Rights Reserved

Web Design by SOLV