Bekerja dengan Kami
CERITA
Melihat (dari) Dapur Papua Green Sound and Culture (PGSC) 2022
01 July 2023 - oleh Admin

Melihat (dari) Dapur Papua Green Sound and Culture (PGSC) 2022

 

Tim Kerja di balik Papua Green and Sound Culture 2022 | Bentara Papua

 

 “Great things in business are never done by one person. They’re done by a team of people.” – Steve Jobs

 

Ruangan persegi panjang yang sehari-hari menjadi ruang kerja bersama staf Bentara Papua mendadak berubah layaknya ruang produksi sebuah stasiun televisi swasta.

 

Sebuah komputer yang berfungsi sebagai perangkat utama yang mengontrol siaran langsung di Youtube berada di tengah. Kemudian sebuah stage berlatar hijau untuk dua orang host, beserta perangkat standing mic dan satu kamera persis berada di depannya. Di belakang monitor utama, beberapa laptop dalam posisi standby memantau segala hal selama proses siaran langsung terjadi.

 

Hari itu, 29 Oktober 2022. Malam puncak dari Papua Green Sound and Culture (PGSC) 2022.

 

Terhitung sejak bulan September hingga Oktober 2022, Bentara Papua kembali menghelat Papua Green and Sound Culture (PGSC) yang ketiga kalinya sejak dimulai pertama kali di tahun 2018. Sebagaimana visi awalnya, PGSC kali ini mengabdikan keberadaanya sebagai ruang bagi anak-anak muda mengkampanyekan alam dan budaya Papua melalui kreativitas bermusik.

 

Di tahun dimana pandemi Covid-19 mulai menunjukan tanda-tanda menjadi endemi, PGSC 2022 tetap menggunakan sistem daring (streaming show). Para peserta cukup membuat video musik dan mengirimkannya ke panitia. Video tersebut kemudian dinilai oleh tim juri dari para musisi yang bukan saja berpengalaman, namun memiliki atensi yang besar terhadap Tanah Papua.

 

Michael Jakarimilena dan Oppie Andaresta—dua musisi nasional, Anthon Krey, seorang musisi lokal adalah formasi juri kali ini. Sedangkan rumusan tema untuk tahun 2022 adalah “Nyanyian Alam dan Budaya Papua untuk Bumi yang Lebih Baik”—sebuah tema yang merefleksikan situasi bumi dalam krisis iklim juga pandemi Covid-19 yang memaksa manusia modern kembali mengenali jejak-jejak kearifan leluhur dalam menjaga keselarasan hidup dengan semesta.

 

Di ajang yang ketiga, PGSC diikuti oleh 20 peserta namun satu peserta harus didiskualifikasi. Mereka berasal dari Jayapura, Mappi, Supiori dan Nabire (Papua) serta dari Raja Ampat, Sorong, Maybrat dan Manokwari (Papua Barat. Selain tampil secara Solo, para peserta tampil pula secara duet dan kelompok vocal (vocal group).

 

Lantas, bagaimanakah keseruan pelaksanaan PGSC di tahun 2022 dari sudut pandang tim kerja alias dari “kesaksian mereka yang bekerja di dapur”? Bukankah dari pengalaman orang-orang dapur, kita bisa mengetahui kerumitan yang bekerja di balik sajian yang lezat?

 

Tentu saja, hal pertama yang harus diperhatikan adalah persiapan yang optimal. Persiapan tim kerja dimulai dengan diskusi secara internal, dari merumuskan tema, kesiapan teknis, merancang strategi sosial media, dan menentukan penanggung jawab kegiatan. Penanggungjawab kemudian menyusun Kerangka Acuan Kegiatan (Term of Reference). Di dalamnya, rangkaian aktivitas dari alur kegiatan dan timeline disusun lebih terperinci. 

 

Sesudah TOR rampung dan disepakati, maka tindakan berikut yang dilakukan adalah membuat promosi kegiatan lewat sosial media Bentara Papua, seperti lewat Instagram, Facebook dan WhatsApp Group (WAG). Di antaranya dengan membuat materi flayer yang berisi iklan kegiatan beserta video pendek yang menjelaskan persyaratan mengikuti PGSC. Iklan ini juga diisi dengan muatan nilai tentang pentingnya generasi muda menjaga hutan, budaya dan adat istiadat melalui kreativitas bermusik. Selain juga, tentu saja, tawaran hadiah yang cukup besar.

 

Bersamaan dengan promosi yang menggunakan dukungan teknologi digital, tim kerja juga menyepakati formasi juri lantas menghubungi mereka. Jika di masa pra-sosial media, menghubungi musisi tertentu membutuhkan proses yang lebih panjang. Sekarang tidak lagi. Para juri bisa dihubungi lewat akun sosial media mereka, terutama Instagram.

 

Akan tetapi, disamping kemudahan berkomunikasi, hal paling penting dari pemilihan juri adalah sejauh mana kepedulian mereka terhadap isu lingkungan dan budaya. Kepedulian ini, sekurang-kurangnya bisa dilihat dari lagu-lagu yang sering dinyanyikan atau karakter yang mereka titipkan di dalam lagu-lagu tersebut. Termasuk juga dukungan mereka terhadap musik-musik lokal yang menyuarakan kehidupan secara lebih kritis, dan karena itu juga melampaui jenis musik yang berjibaku dengan drama putus cinta.

 

Michael Jakarimilena, misalnya. Alumnus Indonesian Idol Angkatan Pertama adalah penyanyi yang sering membawakan lagu tentang alam dan budaya Papua. Demikian juga dengan Oppie Andaresta, musisi perempuan yang satu ini dikenal sering membawa lagu dengan muatan kritik sosial. Dan terakhir, Anthon Krey, adalah musisi lokal Papua dan juga pegiat kebudayaan.  

 

Selanjutnya, tim kerja harus menyiapkan mekanisme bagi pendaftaran peserta. Tim kerja menyiapkan Form Pendaftaran yang berisikan nama grup, nomor kontak yang bisa dihubungi/handphone, nomor rekening, alamat peserta, surat pernyataan hak cipta lagu dan video lagu yang didaftarkan. Form pendaftaran ini bisa diakses melalui alamat tautan yang sudah disiapkan.

 

Selain form pendaftaran, tim kerja menyiapkan Form Penilaian, alamat tautan untuk Zoom pada saat Lima Besar dan Final, serta menyiapkan perangkat Live Streaming untuk Final melalui akun Youtube Bentara Papua. Form Penilaian berisi bobot penilaian terhadap kesesuaian lagu dengan tema, kekuatan lirik lagu, aransemen dan kualitas video klip. 

 

Ketika semua ini sudah disiapkan, tim kerja harus memantau perkembangan harian dari peserta yang mendaftar.

 

Masalahnya adalah promosi di sosial media seringkali tidak segera memantik antusiasme para peserta, sekalipun hadiah yang disediakan cukup besar: juara satu mendapat uang tunai sebesar Rp. 8 juta, juara dua mendapat Rp. 6 juta, dan juara tiga mendapat Rp. 4 juta.

 

Untuk mengimbangi ini, promosi event PGSC tetap menggunakan jaringan atau sirkel pertemanan, termasuk dengan menghubungi para warga yang menjadi bagian dari dampingan Bentara Papua. Jaringan pertemanan ini bekerja dengan efek getok tular, meluaskan informasi ke ceruk sosial yang tidak acceptable dengan sosial media.

 

Dari seluruh peserta yang terdaftar, diseleksi menjadi 5 peserta (atau 5 Besar). Selanjutnya, penentuan pemenang juara dipilih langsung oleh para juri pada malam final. Selama masa penentuan ini, tim kerja membuat “Room Zoom” khusus bagi para juri berdiskusi dan menentukan sang juara. Sesudah proses penilaian, para juri lah yang mengumumkan sendiri siapa saja yang menjadi juaranya.

 

Malam Final

Hari penetapan “Lima Besar” dan pelaksanaan malam final PSGC adalah hari paling sibuk bagi tim kerja. Di malam ini, semua perangkat teknologi pendukung streaming harus dipastikan benar-benar siap. Satu saja kesalahan kecil terjadi, itu bisa merusak seluruh sistem yang sudah dirancang.  Seperti sinyal internet yang ngadat atau baterai kamera yang habis.

 

Kemudian, menyiapkan para host. Ini adalah tantangan yang menarik karena Bentara Papua tidak membayar jasa host profesional. Sebagaimana di PGSC sebelumnya, dua orang staf dipaksa berlatih secepat mungkin memerankan peran sebagai host. Dan mereka berhasil layaknya para host yang sudah bertahun-tahun memandu acara festival music.

 

Dan yang terakhir adalah kelompok kecil dengan peran memantau perkembangan yang terjadi selama proses streaming berlangsung. Mereka bekerja di balik perangkat laptop. Di samping ini, memberikan masukan kepada para host, dengan menulis di selembar kertas.

 

Pendek kata, semua mesti menjaga fokus dengan peran masing-masing. Hanya dengan begitu, semua hal bisa terkontrol dan bekerja secara optimal.

 

Pembagian peran tidak sebatas pada tugas atau kewajiban yang sudah ditetapkan dalam rapat. Lebih dari pada itu adalah kesediaan untuk menjalankan peran dengan sungguh-sungguh yang berorientasi pada kesuksesan bersama. Dalam semangat yang seperti ini, posisi atau hirarki dalam organisasi melebur ke dalam satu atmosfer yang positif.

 

***

 

Melatih diri bekerja sebagai tim kecil, walau dengan pengalaman yang minim, dalam mengelola siaran langsung daring (streaming show) sebuah festival musik bukanlah perkara yang mudah.

 

Dengan perhelatan Papua Green Sound and Culture, para staf, Bentara Papua, baik yang bekerja di tapak maupun yang sehari-hari bekerja di balik meja kantor, proses kerja tim itu dipelihara terus menerus.

 

Kerja tim yang solid dan bersungguh-sungguh inilah rahasia dapur yang membuat event tahun 2022 bisa berjalan dengan baik.

Cerita Lainnya

Dapatkan Informasi dan Update Terbaru dari Kami

Rumah Bentara Papua
Jalan Asrama Jayapura, Manggoapi Dalam, Angkasa Mulyono-Amban Manokwari - Papua Barat Indonesia, 98314

Foto dan gambar ©Bentara Papua atau digunakan dengan izin.
© Bentara Papua. All Rights Reserved

Web Design by SOLV