“Dari kegiatan Belajar Bersama tentang Hak Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Workshop Membuat Pembalut Kain di Manokwari dan Pegunungan Arfak”
Dalam rangka memperingati Hari Perempuan International yang diperingati setiap tanggal 8 Maret, Bentara Papua bekerjasama dengan Biyung Indonesia dan Komunitas Needle and Bitch menyelenggarakan workshop yang bertema “Perempuan Bantu Perempuan : Belajar Bersama tentang Hak Kesehatan Reproduksi dan Workshop Membuat Pembalut Kain”.
Workshop dilaksanakan di dua kabupaten yaitu di Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Pegunungan Arfak. Kegiatan di Manokwari berlangsung selama dua hari yaitu pada tanggal 18 hingga 19 Maret 2020 bertempat di Pondok Bentara, adapun kegiatan di Pegaf dilangsungkan pada tanggal 21 Maret 2020 berlokasi di Balai Kampung Ungga Distrik Minyambouw. Hadir pada kegiatan ini lebih kurang 60 perempuan yang berasal dari berbagai kalangan baik pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, petani, pendamping komunitas, tokoh agama, bahkan pendamping dari Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Manokwari dan Balai Pemasyarakatan Kabupaten Manokwari.
Pada kesempatan ini, peserta diajak berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dan hak menstruasi yang sehat bagi perempuan. Westiani Agustin dari Biyung Indonesia dan Nidya Paramita dari Komunitas Needle and Bitch memaparkan bahwa kesehatan reproduksi merupakan salah satu hak dasar dan fundamental dari setiap manusia termasuk perempuan. Salah satu bagian penting dalam kesehatan reproduksi perempuan adalah menstruasi. Setiap perempuan akan mengalami siklus menstruasi kurang lebih 400 kali sejak menstruasi pertamanya hingga memasuki masa menopause. Pembalut menstruasi bagi perempuan merupakan support system yang penting dalam proses pemenuhan kebutuhan kesehatan reproduksi. Jika dalam satu siklus menstruasi perempuan membutuhkan 20 sampai 25 lembar pembalut sekali pakai, maka kira-kira seorang perempuan akan memakai 240-300 pembalut dalam satu tahun.
Saat ini, perempuan menghadapi permasalahan yang kritis, yaitu meningkatnya angka perempuan yang mengalami gangguan kesehatan reproduksi dan menderita kanker serviks akibat pemakaian pembalut sekali pakai yang mengandung bahan kimia berbahaya, seperti dioxin, pemutih dan pewangi. Beban Ibu Bumi atau Mama Tanah juga bertambah karena dicemari dengan sampah pembalut sekali pakai yang terus meningkat. Penyebab dari permasalahan tersebut adalah minimnya pengetahuan dan akses informasi tentang hak kesehatan reproduksi serta akses menuju fasilitas atau pusat kesehatan masyarakat, minimnya ketersediaan pembalut yang aman, sehat dan terjangkau, serta mininya kesadaran masyarakat tentang dampak penggunaan pembalut sekali pakai yang berakhir menjadi sampah yang sulit diurai dalam tanah maupun perairan.
Setelah mengetahui permasalahan yang dihadapi, peserta diajak untuk mencari dan menggali ide solusi bersama untuk mengatasi permasalahan tersebut. Peserta kemudian dilatih membuat pembalut kain sebagai bagian dari support system dan diharapkan ke depannya dapat secara mandiri memproduksi pembalut kain tersebut untuk memenuhi hak kesehatan reproduksi dan saling bekerjasama untuk memberi kontribusi positif bagi kehidupan perempan yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi Mama Tanah Papua.
Seluruh tim Bentara Papua berharap agar semua hal yang telah dipelajari, didiskusikan dan dipraktekkan selama kegiatan ini dapat diterapkan dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan sedapat mungkin ditularkan kepada perempuan yang lain, sesuai tema kegiatan “Perempuan Bantu Perempuan”. (nur)