Bekerja dengan Kami
CERITA
SISKA TANAMAN HUTAN YANG DISULAP MENJADI NOKEN CANTIK DARI PEGUNUNGAN ARFAK
- oleh Admin

SISKA TANAMAN HUTAN YANG DISULAP MENJADI NOKEN CANTIK DARI PEGUNUNGAN ARFAK

Siska begitulah sebutan nama lokal yang dilontarkan oleh Suku Sougb di Pegunungan Arfak. Tanaman Siska atau Serenduk Bulu Clidemia hirta ini berkembang dan tumbuh di hutan Arfak. Mungkin sebagain orang mengira tanaman ini sebagai tanaman liar atau rumput yang tidak memiliki nilai seni dan ekonomis. Namun siapa sangka dari tanaman Siska, masyarakat lokal Pegunungan Arfak menyulapnya menjadi sebuah noken cantik dengan variasi ukuran.

 

 

Siang itu di hari Minggu, cuaca berawan dan angin sepio-sepoi tim Bentar Papua menyambangi Mama Maria Inden di rumah Kaki Seribu miliknya (Rumah tradisional Suku Arfak). Mama Maria sedang duduk santai sambil merajut separuh noken yang belum selesai. "Kalo hari minggu mama tidak ke kebun, jadi bisa buat noken", sambut hangat Mama Maria saat memulai percakapan bersama kami. Mama Maria menjadi salah satu perajut noken dari Kampung persiapan Udohotmah, Distrik Sururey. Kemampua merajut noken tidak turun secara biologis dari orang tuanya, melainkan pengalaman yang membawa Mama Maria dapat merajut noken. “Mama cuma lihat dong  bikin, baru mama belajar sendiri” pungkasnya.

Menurut Mama, tanaman Siska dapat diambil dan dijadikan benang untuk membuat noken jika sudah berusia tua. Ciri-ciri tanaman ini sudah berusia tua yakni dengan melihat pertumbuhan daun yang lebat serta penambahan tinggi pohon.  Tanaman Siska dapat dipotong pada batangnya atau juga bisa dicabut dari akar, namun Mama Maria biasanya hanya memotong batang seperlunya untuk dijadikan benang. "Potong saja biar bisa tumbuh lagi, kalo cabut dari akar nanti mati" ungkapnya. Alasan Mama Maria memilih cara memotong batang Siska agar mempermudah percepatan pertumbuhan tanaman ini, karena menurut dia, untuk mendapatkan tanaman  Siska sedikit sulit dan banyak tumbuh di hutan, ada juga beberapa pohon yang di tanaman di pekarangan rumah miliknya. Setelah batang tanaman ini dipotong kemudian, dibersihkan bagian kulit luar (kasar) menggunakan pisau dan  menyisahkan serat halus yang tertempael pada batang Siska. Batang Siska yang sudah terlepas dari kulit kasar dijemur namun, bukan dibawah terik sinar matahari  melainkan dijemur disamping api, dengan durasi  paling lam 2-3 hari hingga batang tersebut kering dan tersisa serat halus yang menjadi bahan utama atau benang noken.

Batang Siska yang dikeringkan kemudian dipatahkan dengan ukuran sesuai keinginan pembuat. Mama Maria sendiri, biasanya mematahkan ukuran batang Sika sekira 5 sampai 10 cm, sambung dia, "Tidak harus panjang, nanti gampang putus".  Serat halus yang ada pada batang kayu ini, akan diambil dan dilinting di atas paha. Ada sensasi yang dirasakan Mama Maria saat melinting serat halus yakni kesakitan pada kulit paha hingga terkadang melepuh. “Paha sakit tapi sudah biasa” jawab lembut Mama Maria. Benang yang sudah jadi akan disambungkan dengan serat halus lalu dilinting hingga membentuk gulungan. Menurut Mama Maria, untuk mendapat gulungan yang besar atau benang yang panjang membutuhkan kerja yang rutin. “Kalo mama hanya buat ini waktu selesai kerja dari kebun,” tandasnya. Benang yang sudah jadi kemudian diwarnai secara alami menggunakan Tanaman Manggoi (sebutan warga lokal Suku Sougb) akan menghasilkan warna ungu. Buah Manggoi direbus kemudian ditumbuk hingga menggeluarkan serat kasar dan sedikit berair yang dapat diwarnai pada beberapa bagian benang yang diinginkan. “Ambil sedkit-sedikit ditangan (jari jempol dan telunjuk) baru oles di benang” jelas Mama Maria.

 

 

Uniknya membuat noken ini, tidak menggunakan jarum seperti biasanya tetapi dianyam menggunakan tangan. Selain itu, dibantu dengan kedua kaki untuk menganyam, kata Mama Maria “Harus kasih masuk kaki ke dalam noken baru bisa anyam”. Tujuan menggunakan bantuan kaki, agar memperkencang pola noken sehingga lebih mudah dianyam.  Noken berukuran kecil atau sedang biasanya membutuhkan waktu sekira 1 bulan dengan memanfaatkan satu pohon Siska berukuran besar, sedangkan  untuk noken berukuran besar yang mengisi kayu bakar dan hasil kebun membutuhkan waktu 3 bulan. “Noken yang besar itu pake pohon banyak” jelasnya.  Bila noken berukuran kecil hanya membutuhkan satu pohon Siska maka, noken dengan ukuran besar membutuhkan sekira 3-4 pohon Siska. Noken yang dihasilkan oleh Mama Maria akan dijual dan dibanderol harga sekira Rp 300.000 (tiga ratus ribuh rupiah) – 1.000.000 (satu juta rupiah), “Jual disini, dikota juga” tutur Mama maria. Meski tidak menjanjikan hasil yang di dapat dari merajut noken, namun menurut wanita paruh baya ini setidaknya dengan merajut noken dapat membantu perekonomian keluarganya, lagi pula bagi dia merajut noken sudah menjadi kebiasaan mengisi waktu santai di rumah apabila pekerjaan di kebun telah selesai.

Cerita Lainnya

Dapatkan Informasi dan Update Terbaru dari Kami

Rumah Bentara Papua
Jalan Asrama Jayapura, Manggoapi Dalam, Angkasa Mulyono-Amban Manokwari - Papua Barat Indonesia, 98314

Foto dan gambar ©Bentara Papua atau digunakan dengan izin.
© Bentara Papua. All Rights Reserved

Web Design by SOLV